Pak
hamim, saat rentangan waktu yang terus berjalan, menghempas semua kenangan yang
telah ada, mengupas sepucuk riang yang telah lewat. Mengungkap aurora segenggam
ceria semua kenangan yang dulu masih
terjalin dengan erat, namun kini sudah terlepas satu demi persatu. Senyuman
yang dulu selalu kau ukir disetiap tatapan tajammu perlahan mulai tak kutemui
lagi wajah yang penuh kebahagiaan itu. Mengenang semua itu memang tak ada jeda
sama sekali. Serasa mengalir tanpa henti. Tapi, entah kenapa denyut kehidupan
terus saja berputar menyingkap semua rasa menjelma menjadi realita. Entahlah,
memang sang waktu akan menjawab semuanya.
Pak
hamim, sosok charisma dan wibawa yang telah kau punya buat semua yang mengenalmu
terasa sulit untuk kau tinggalkan. Inginkan rasa itu untuk mengikuti peraduanmu
yang baru namun, sejenak kuurungkan semua itu.
Pak
hamim, ukiran senyummu selalu terkenang dibalik sayatan kalbu ini. Senyuman ramahmu
disetiap kau temui yang bernyawa selalu kau sebarkan. Hal yang buat kau
terkenng di lembaga ini selalu menebarkan virus-virus senyum termanis hingga
orang yang kau temui selalu terhipnotis oleh senyuman dan tatapan ramahmu.
Pak
hamim, aku memang hanya segelintir siswa yang tak kau begitu kenal seperti
senyawa yang lain yang lebih berprestasi. Tapi, aku hanya ingin kau tetap
menjadi sosok yang kukagumi , sosok yang ayah kedua bagiku dan siswa yang lain
yang sSurat cinta untuk guruku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar