Selasa, 09 Oktober 2012

Surat cinta untuk guruku





                Pak hamim, saat rentangan waktu yang terus berjalan, menghempas semua kenangan yang telah ada, mengupas sepucuk riang yang telah lewat. Mengungkap aurora segenggam ceria semua kenangan yang  dulu masih terjalin dengan erat, namun kini sudah terlepas satu demi persatu. Senyuman yang dulu selalu kau ukir disetiap tatapan tajammu perlahan mulai tak kutemui lagi wajah yang penuh kebahagiaan itu. Mengenang semua itu memang tak ada jeda sama sekali. Serasa mengalir tanpa henti. Tapi, entah kenapa denyut kehidupan terus saja berputar menyingkap semua rasa menjelma menjadi realita. Entahlah, memang sang waktu akan menjawab semuanya.
                Pak hamim, sosok charisma dan wibawa yang telah kau punya buat semua yang mengenalmu terasa sulit untuk kau tinggalkan. Inginkan rasa itu untuk mengikuti peraduanmu yang baru namun, sejenak kuurungkan semua itu.
                Pak hamim, ukiran senyummu selalu terkenang dibalik sayatan kalbu ini. Senyuman ramahmu disetiap kau temui yang bernyawa selalu kau sebarkan. Hal yang buat kau terkenng di lembaga ini selalu menebarkan virus-virus senyum termanis hingga orang yang kau temui selalu terhipnotis oleh senyuman dan tatapan ramahmu.
                Pak hamim, aku memang hanya segelintir siswa yang tak kau begitu kenal seperti senyawa yang lain yang lebih berprestasi. Tapi, aku hanya ingin kau tetap menjadi sosok yang kukagumi , sosok yang ayah kedua bagiku dan siswa yang lain yang sSurat cinta untuk guruku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar